Aku Kalah -- Telak



Entah dasar apa aku mengingatmu -- lagi.  Seperti telah lelah bertopeng keceriaan dan kembali melepas wajah asli yang begitu kehilangan. Oh tidak, aku bukan kehilanganmu,  justru dulu aku yang dengan sangat sadar menghilangkan kamu dari hidupku -- entahlah. Rasanya disini aku yang begitu kalah -- telak.  dan kamu sebagai pemenangnya -- mutlak.

Saat ini aku begitu benci keramaian -- benci melihat semua orang tertawa yang seakan merayakan kehilanganku.  Dan saat semua orang berpasangan,  aku masih saja menggenggam telapak tangan kesunyian -- menyedihkan. Ingin rasanya berlari sejauh-jauhnya,  namun tetap saja kamu tempat kebahagiaanku bermula.

Maafkan aku yang begitu mudah melepasmu pergi.  Nyatanya, setelah kamu pergi -- aku kembali memaki sepi sebagai cara mengusir bayangmu yang masih saja menghampiri. Sayang,  datanglah -- setidaknya hanya sebagai penghilang rasa sakit.

Mungkin aku hanya belum terbiasa melihat kamu bahagia dengannya.

Aku memang tak cukup pandai dalam menciptakan kisah cinta yang sempurna.  Tapi pada satu titik,  ada pengingkaran dalam diri saat sebagian paru-paruku telah tercuri --  oleh seseorang yang kini menjadi masa lalu.


" Sebelah hatiku hancur, aku mencoba tertawa -- kamu merampas kebahagiaanku. apakah selama ini kamu benar-benar bahagia?